Kehidupan di Perbatasan Indonesia - PNG (Papua New Guinea) di Merauke. Part 1
Pernah kita terpikir bagaimana kehidupan di suatu perbatasan negara ? Kalau saya kebetulan pada akhirnya besar di suatu daerah yang sangat dekat dengan perbatasan negara, sehingga jawaban itu cepat terjawab hhe . Saya besar di Kota Rusa, Merauke , Provinsi Papua . Kota Rusa ? Ya begitulah julukan kota yang kecil nan ramah ini, ceritanya pada jaman dahulu pada saat tahun 80-90 an kawanan rusa banyak berkeliaran di jalan - jalan sekalipun, kata bapak teman saya yang sudah hidup dari tahun 80an di tempat ini waktu sharing bersama beliau , walaupun pada saat ini pemandangan itu sudah jarang bahkan tidak pernah ditemui. Kata masyarakat lokal "rusa su lari ke PNG" , yang artinya rusa-rusa yang ada dulu di hutan Merauke sudah bermigrasi ke hutan negara PNG karena perburuan liar yang terus bertambah.
Kali ini saya sedikit bercerita tentang pengalaman saya yang di temani adik saya mengunjungi daerah perbatasan PNG di kabupaten Merauke, walaupun bukan pertama kali namun sedikit mengenang karena kami hanya berdua dengan modal tekad bertraveling hhe.
Hari itu pada hari Jumat , dimana hari itu "panas bunuh" , hhe artinya panas terik di Merauke saya hanya tiduran di kamar , maklum sedang liburan semester hhe , sedang kedua orang tua dan saudara2 sedang kerja , dan adik2 saya sedang ke sekolah . Disaat kejenuhan mulai bertambah , akhirnya tepat jam 10 , adik saya yang masih kelas 2 SD pulang dari sekolah yang kemudian masuk ke kamarnya dan ganti pakaian. Pada saat itu juga saya terpikir untuk melakukan perjalanan ke perbatasan PNG bersama adik saya. Tanpa basa basi, saya langsung menawarkan untuk mengajak adik saya untuk pergi ke perbatasan, awalnya saya kira dia akan menolak namun ternyata di luar ekspektasi dia langsung menyetujui , cukup terkaget karena dia tidak terlalu berfikir panjang karena perjalanan ke perbatasan sangat lama dan cukup melelahkan, hal ini karena saya dan dia sudah pernah ke perbatasan sebelumnya tapi baersama keluarga naik mobil dengan persediaan bekal yang banyak hhe
Perjalanan ke perbatasan saya rencanakan naik motor, jadi kami harus menunggu ibu saya yang sedang memakai motor saya keluar, sembari menyiapkan perlengkapan dan mengisi perbekalan ala backpacker hhe . Tepat jam 13.00 ibu saya sampai di rumah , tanpa pikir panjang kami langsung mengambil motor dan pamitan dengan alasan ijin cukup "Jalan-jalan" , gak lebih hhe
Perjalananpun kami mulai dari rumah saya jam 13.10 WIT menggunakan motor, dengan rute dari SD Mopah Baru - Sekolah Alkitab Roesleer , di depan Sekolah Alkitab Roesleer kami menyempatkan untuk beli snack untuk dimakan di sana nanti (maklum kami sudah tau harga barang2 di perbatasan hhe), perjalanan di lanjutkan melewati Taman Nasional Wasur - Pemandian Umum Biras , sembari di jalan saya mengambil gambar, kebteluan saya hoby dengan fotografi hhe
Seperti yang terlihat di gambar , pandangan tentang pemandian umum kita akan berbeda jauh dengan apa yang ada di Biras , jadi jangan membayangkan seperti di Ancol atau Dufan Jakarta hhe , disini air yang ada adalah air alami yang berada di drainase alam yang adalah suplay air dari air hujan dan air dari "Rawa Biru" , sebuah waduk alam tempat penangkaran berbagai spesies hewan air dan burung , airnya merupakan luapan dari waduk tersebut sehingga menjadi suplai air yang membuat hutan-hutan di merauke menjadi hutan-hutan rawa basah , seperti hutan-hutan di samping pemandian Biras ini. Tiap Sabtu-Minggu tempat ini selalu ramai dari masyarakat Merauke yang ingin berekreasi sambil mandi-mandi dan hang-out bersama keluarga mereka.
Perjalanan pun ditempuh melewati hutan-hutan pohon bus , rahai , dan sesekali terlihat kayu wangi , yang sangat alamiah dan air-air genangan drainase yang masih asri , terkadang saya dari jalan bisa melihat ikan di dalam kolam-kolam kecil di samping jalan saat mengendarai motor karena jernihnya air yang tenang di kolam-kolam tersebut, dan pemandangan lain seperti masyrakat lokal yang habis memancing ikan , terkadang juga terdapat masyrakat yang menjual hasil pancingan ikannya di pinggir jalan, masyarakat yang habis berburu dari dalam hutan dengan hasi buruannya berupa babi hutan , rusa , ataupun burung2 liar, dan terkadang terdapat mobil ekspedisi yang membawa penumpang dari kabupaten sebelah yang melintas. Pokoknya kita akan disuguhi dengan pemandangan kearifan alam sepanjang jalan yang sepi ,sejuk , dan indah hhe
Untuk akses jalan-jalan di sini sudah di aspal hingga kurang lebih KM 60 , lalu akan disambut dengan beberapa jalan yang masih dalam perbaikan pengaspalan sehingga disarankan memakai masker karena debu akan sangat banyak yang beterbangan hhe . Perjalanan ke perbatasan di Distrik Sota akan memakan waktu sekitar 2-3 jam , tergantung keceptan pengendara hhe , dengan total jarak kurang lebih 85 KM , untuk akses ke sini dapat ditempuh dengan berbagai kendaraan sayangnya belum ada transportasi umum ke sini , kecuali menyewa "taksi" sebutan Mikrolet di Merauke, atau naik mobil Ekspedisi sejenis Toyota Hiline - Landcruisser - Ford Everest dll yang biasa membawa penumpang tujuan Asiki dan Tanah Merah-Kab.Boven Digoel yang naiknya di Pasar Baru Merauke, untuk harga saya belum tahu pasti , biasanya nego sama supir jika cuman tujuan Sota - Perbatasan PNG , sebagai acuan tujuan Tanah Merah dengan jarak sekitar 400 KM biasanya tarif umum mobil tersebut sebesar Rp 700.000 jadi kawan2 bisa perkirakan sendiri hhe..
Setelah menempuh perjalanan yang lama, akhirnya sekitar jam 14.45 WIT saya dan adik saya sampai di Distrik Sota , Perbatasan , disini kami langsung mencari arah ke bagian perbatasan , namun pada awal-awal sempat bingung pada akhirnya saya mencoba menanykan ke penduduk setempat (kalau bingung jangan malu bertanya pada penduduk setempat hhe..) tempat kunjungan perbatasan menggunakan logat Merauke "adek, permisi , mau tanya tempat perbatasan di mana kah?" ; "Oh, mas nanti lurus lewat jalan kecil itu, nanti belok kanan ,kiri , kanan , baru tinggal lurus , nanti ketemu pos tentara dong, itu sudah" ; "Oke terimaksih ade" , akhirnya kami mengikuti petunjuk adik tadi dan kami sampai di depan pos tentara PAMTAS Yonif 320 Badak Putih sebagai tenatar yag setia mengamankan perbatasan di daerah tersebut ,lalu kami pun berhenti disitu . Persyaratan masuk dalam tempat kunjungan Perbatasan mengharuskan menitip KTP (Kartu Tanda Penduduk)/ SIM kepada tentara pada pos jaga perbatasan untuk bisa masuk dalam daerah perbatasan, sehingga saya memberikan KTP saya terlebih dahulu ke petugas jaga. (bersambung)
Perjalananpun kami mulai dari rumah saya jam 13.10 WIT menggunakan motor, dengan rute dari SD Mopah Baru - Sekolah Alkitab Roesleer , di depan Sekolah Alkitab Roesleer kami menyempatkan untuk beli snack untuk dimakan di sana nanti (maklum kami sudah tau harga barang2 di perbatasan hhe), perjalanan di lanjutkan melewati Taman Nasional Wasur - Pemandian Umum Biras , sembari di jalan saya mengambil gambar, kebteluan saya hoby dengan fotografi hhe
Gerbang Selamat Datang ke Taman Nasional Wasur , disini terdapat penangkaran Rusa dan tempat pembiakan Anggrek |
Pemandangan di Pemandian umum Biras |
Perjalanan pun ditempuh melewati hutan-hutan pohon bus , rahai , dan sesekali terlihat kayu wangi , yang sangat alamiah dan air-air genangan drainase yang masih asri , terkadang saya dari jalan bisa melihat ikan di dalam kolam-kolam kecil di samping jalan saat mengendarai motor karena jernihnya air yang tenang di kolam-kolam tersebut, dan pemandangan lain seperti masyrakat lokal yang habis memancing ikan , terkadang juga terdapat masyrakat yang menjual hasil pancingan ikannya di pinggir jalan, masyarakat yang habis berburu dari dalam hutan dengan hasi buruannya berupa babi hutan , rusa , ataupun burung2 liar, dan terkadang terdapat mobil ekspedisi yang membawa penumpang dari kabupaten sebelah yang melintas. Pokoknya kita akan disuguhi dengan pemandangan kearifan alam sepanjang jalan yang sepi ,sejuk , dan indah hhe
Untuk akses jalan-jalan di sini sudah di aspal hingga kurang lebih KM 60 , lalu akan disambut dengan beberapa jalan yang masih dalam perbaikan pengaspalan sehingga disarankan memakai masker karena debu akan sangat banyak yang beterbangan hhe . Perjalanan ke perbatasan di Distrik Sota akan memakan waktu sekitar 2-3 jam , tergantung keceptan pengendara hhe , dengan total jarak kurang lebih 85 KM , untuk akses ke sini dapat ditempuh dengan berbagai kendaraan sayangnya belum ada transportasi umum ke sini , kecuali menyewa "taksi" sebutan Mikrolet di Merauke, atau naik mobil Ekspedisi sejenis Toyota Hiline - Landcruisser - Ford Everest dll yang biasa membawa penumpang tujuan Asiki dan Tanah Merah-Kab.Boven Digoel yang naiknya di Pasar Baru Merauke, untuk harga saya belum tahu pasti , biasanya nego sama supir jika cuman tujuan Sota - Perbatasan PNG , sebagai acuan tujuan Tanah Merah dengan jarak sekitar 400 KM biasanya tarif umum mobil tersebut sebesar Rp 700.000 jadi kawan2 bisa perkirakan sendiri hhe..
Pos Perbatasan PNG , di Sota,Merauke Sumber :http://nasional.news.viva.co.id/news/read/479861-cuaca-buruk--marinir-masih-cari-5-nelayan-merauke |
Comments
Post a Comment